23 June 2009

Riding Bike In The Small Town In Indonesia

First, I want to tell you about the positive effect of riding bike. I have felt the positive effect of riding bike. My power of leg has increase! Oh, that's great for me. I can push the pedal 10 time more faster! I can beat the motorcycle! I'm not satisfied if I'm not tired. I can ride my bike from my town to Liberty City in GTA game, hahaha. I'm just kidding baby. Sometimes I need beautiful girl to be my friend and riding bike together under the rain, haha. Just imagination...

Riding bike in my town is like riding bike in dead zone. As the crazy motorcycle, car, bus didn't have discipline. According to them, they are the owners the way, facility, and many more. F***ing pollution will be filled the fresh water, in the other hands, "predators" of the way will race each others. That made bicycler like me has no a chance for free ride. I must carefully in every second...

Oh girl, i wanna be with you...

17 June 2009

When I Was Child

When I was child...
Yeah, that statement remembered me about my memories. Still remember until now. All memories, i miss them. Playing with my friends under the sun shine. Playing football at the noon that burned my skin until black, hahaha. Running to chase each other and the laughing until crazy.

When i was child...
The time when i didn't know love, problems, sad, assignment which made me tired yet. The time when i laughed with my friends, did unnecessary things, killing without sin, catch the moments which i never got before, my mom kissed me, my dad hug me. All memories which i never forget.

When i was child...

Still laughed and sometime cried with my friends. I kicked my friend's face and i ran. My friend hit me and he ran. But tomorrow we were friend again. At the night, when stars gave their bright again, our spirits climb up to the sky. Never let them down again to the Earth.

When I was child...
All moments have saved in my mind. They're liked in archive. When i missed them, i tried to remember each moments. I missed my friends, because i did'nt meet them yet. They have moved to the other region or gone like a wind. Now, I have grew and the new moments will happen to me, some day.

I still miss them...

All memories...

When I was child...

04 June 2009

Bicycle transportation will be the future transportation

Bicycle is the transportation which uses your legs as energy to move the bike.In 1817 bicycle was invented by Baron Karl von Sauerbronn from Germany. He invented this walking machine that would help him to get around the gardens. This device uses your legs as the "motor". Pushing your legs against the ground and the propeller will move and chain will be moved. Your position as the rider is on the wooden frame supported by two in-line wheels. Handle bar as the steering for front wheel. The tires was made by the rubber. Bicycle has been many innovations, there are the statements of www.wikipedia.com:

Bicycle in Plymouth, England at the start of the 20th century

The dwarf ordinary addressed some of these faults by reducing the front wheel diameter and setting the seat further back. This necessitated the addition of gearing, effected in a variety of ways, to attain sufficient speed. Having to both pedal and steer via the front wheel remained a problem. J. K. Starley J. H. Lawson, and Shergold solved this problem by introducing the chain-drive (originated by Henry Lawson's unsuccessful "bicyclette", connecting the frame-mounted pedals to the rear wheel. These models were known as dwarf safeties, or safety bicycles, for their lower seat height and better weight distribution. Starley's 1885 Rover is usually described as the first recognizably modern bicycle. Soon, the seat tube was added, creating the double-triangle diamond frame of the modern bike.

Further innovations increased comfort and ushered in a second bicycle craze, the 1890s' Golden Age of Bicycles. In 1888, Scotsman John Boyd Dunlop introduced the first practical pneumatic tire, which soon became universal. Soon after, the rear freewheel was developed, enabling the rider to coast. This refinement led to the 1898 invention of coaster brakes. Derailleur gears and hand-operated cable-pull brakes were also developed during these years, but were only slowly adopted by casual riders. By the turn of the century, cycling clubs flourished on both sides of the Atlantic, and touring and racing became widely popular.

Bicycles and horse buggies were the two mainstays of private transportation just prior to the automobile, and the grading of smooth roads in the late 19th century was stimulated by the widespread advertising, production, and use of these devices.

Bicycle has many utility:

  1. As commuting, cycling
  2. Sport
  3. Police
  4. Physical fitness
  5. Touring
  6. Freestyle
  7. Racing
Now, bicycle get in the majority transportation. In some states, bicycle got the number one for the moda transportations. There are bike way as the way for cycling. According to me, bicycle will be getting place as the majority transportation. Since the bicycle is non-using gasoline that caused polution, bicycle will be the best transportation. The human powered transportation.

Let's take places for campaigns to use bicycle everyday!!!


source: www.wikipedia.com
My oppinion about bicycle.

Perpustakaan terbesar dunia ada di UI

Gambar perpustakaan baru UI


Di dekat Masjid Ukhuwah Islamiyah (UI) dan di dekat danau kenanga UI akan dibangun sebuah perpustakaan yang nantinya akan menjadi perpustakaan terbesar di dunia. Perpustakaan ini memiliki 8 lantai dan bentuk yang unik. sebagai gambarannya kita lihat kutipan dari www.okezone.com:

DEPOK
- Universitas Indonesia (UI) melakukan upacara pemancangan tiang pertama menandai dimulainya pembangunan Gedung Perpustakaan UI, hari ini.

Fasilitas tersebut dibangun di atas area seluas 2,5 hektare, sehingga akan menjadi salah satu perpustakaan terbesar, termodern, dan terindah di dunia. Perpustakaan ini akan menjadi salah satu motor internasionalisasi pendidikan tinggi di Indonesia. Penting artinya untuk memacu produktivitas dan inovasi kampus sebagai salah satu motor kemajuan peradaban bangsa.

Deputy Director Corporate Communications UI Devie Rahmawati mengatakan, luas bangunan keseluruhan sekitar 30.000 m2 dan merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun tahun 1986-87.

Pembangunan gedung delapan lantai ini ditargetkan selesai pada bulan Desember 2009. "Proyek ini didanai dari sumber pemerintah dan industri,terutama Bank BNI, dengan anggaran senilai Rp100 miliar," papar Devi dalam siaran pers, Senin (1/6/2009).

Dia menjelaskan gedung perpustakaan ini didisain dengan konsep sustanaible building. Sebagian kebutuhan energi menggunakan sumber terbarukan (solar energy). Di dalam gedung tidak diperkenankan menggunakan plastik. "Area baru ini bebas asap rokok, hijau, serta hemat listrik, kertas dan air," ungkap Devi.

Menurut dia, Perpustakaan Pusat UI tersebut akan dapat menampung sekitar 10.000 pengunjung dalam waktu bersamaan atau diperkirakan akan menampung pengunjung sekitar 20.000 orang per hari. "Perpustakaan ini akan menampung sejumlah 3-5 juta judul buku, dilengkapi ruang baca, silent-room bagi dosen dan mahasiswa yang sedang menulis laporan penelitian atau karya ilmiah lainnya," kata Devi.

Selain itu, tambah dia, perpustakaan akan dilengkapi sistem ICT mutakhir yang menungkinkan pengunjung menikmati secara leluasa sumber informasi elektronik seperti e-book, e-journal, dan lainnya.
Sementara itu, sistem peminjaman akan berbasis sepenuhnya ICT. Akses luas akan dibuka di perpustakaan ini dengan pusat pembelajaran dan perpustakaan lain di dunia.

Sedangkan, keindahan perpustakaan lahir dari perpaduan gaya arsitektur yang unik seperti prasasti, dinding perpustakaan terbuat dari batu dan kaca yang berisi tulisan atau huruf dari seluruh dunia.

Pepohonan besar berusia 30 tahunan, dengan diameter lebih 100 cm, yang tidak ditebang saat pembangunan, melengkapi bagian depan dan samping lanskap gedung tersebut. Keindahan menjadi lengkap karena gedung mengeksplorasi secara maksimal keindahan tepi danau yang asri, sejuk, dan, teduh.

Secara lebih spesifik, fasilitas ini dimaksudkan pula bagi upaya meningkatkan mutu UI dan perguruan tinggi lain di Indonesia seperti
tercermin di ranking yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga internasional. Sebagai contoh UI mencanangkan masuk 200 besar dunia atau 30 besar Asia. Posisi UI saat ini di tingkat dunia adalah 287 dan di Asia 50 menurut versi THES QS. (ram)


Ya, semoga saja dengan dibangunnya fasilitas yang memakan biaya ratusan miliar ini, SDA civitas academica UI juga akan meningkat serta UI dapat menanjak ke posisi teratas dunia dalam menjadi universitas terbaik dunia.

03 June 2009

Keunikan semut pemotong daun

Semut, bagi kita mereka adalah binatang yang lemah berhubung bentuknya yang kecil, hitam, hidup lagi! Ya, serangga kecil itu ternyata memiliki spesies yang super. Mereka adalah yang terkuat diantara semut lainnya. Semut ini namanya semut pemotong daun. Jika disamakan dengan manusia, mungkin mereka seperti artis Arnold Schwarzneger dan Ade Rai. Saking kuatnya, mereka mampu membawa beban yang beratnya beberapa kali lipat dari berat tubuh mereka dan mereka membawa beban itu dengan rahang mereka yang juga super kuat. Ini adalah penjelasan dan gambar semut pemotong daun itu yang dikutip dari Harun Yahya:

Semut Pemotong Daun


Semut pemotong daun sedang bekerja.

Ciri-ciri khusus semut pemotong daun, yang juga disebut "Atta", adalah kebiasaan mereka membawa potongan daun yang mereka potong di atas kepalanya. Semut ini bersembunyi di bawah daun, yang sangat besar dibandingkan ukuran tubuh mereka. Daun ini mereka tahan dengan dagu yang terkatup rapat. Oleh karena itu, perjalanan pulang semut pekerja setelah bekerja seharian memberi pemandangan sangat menarik. Orang yang melihatnya akan merasa seolah lantai hutan menjadi hidup dan berjalan. Di hutan hujan, pekerjaan mereka mengambil sekitar 15 persen produksi daun. Alasan mereka membawa potongan daun tentu saja bukan untuk perlindungan dari matahari. Semut ini juga tidak memakan potongan daun. Lalu, bagaimana mereka memanfaatkan begitu banyak daun?

Ternyata Atta menggunakan daun untuk memproduksi jamur. Daun itu sendiri tidak dapat mereka makan karena di dalam tubuh mereka tak ada enzim yang dapat mencerna selulosa dalam daun. Semut pekerja menumpuk potongan daun setelah ia kunyah, dan ia simpan di ruang-ruang dalam sarang di bawah tanah. Di ruangan ini mereka menanam jamur di atas daun. Dengan ini, mereka memperoleh protein yang mereka butuhkan dari pucuk jamur.

Namun, jika Atta disingkirkan, kebun itu biasanya mulai rusak dan segera tersaingi jamur liar. Lalu, bagaimana Atta, yang membersihkan kebunnya hanya sebelum "penanaman", terlindung dari jamur liar? Cara menjaga kultur murni jamur tanpa harus selalu disiangi tampaknya bergantung pada air liur yang dimasukkan semut ke dalam kompos saat mereka mengunyah. Diduga air liur tersebut mengandung antibiotik yang menghambat pertumbuhan jamur yang tak diinginkan. Air liur juga mungkin mengandung zat pendukung pertumbuhan untuk jamur yang tepat. Yang harus direnungkan adalah: Bagaimana semut ini belajar membudidayakan jamur? Apakah mungkin, pada suatu hari seekor semut kebetulan mengambil daun dengan mulutnya dan mengunyah-nya? Lalu secara kebetulan lagi ia menempatkan cairan yang kini mirip bubur ini di atas lapisan daun kering yang benar-benar secara kebetulan merupakan lahan yang cocok? Dan semut lain membawa potongan jamur dan menanamnya di situ? Dan akhirnya semut itu tahu di situ akan tumbuh sejenis makanan yang dapat mereka makan, sehingga mereka mulai membersihkan kebun, membuang bahan yang tak perlu, dan me-manennya? Lalu mereka menyampaikan proses ini kepada seluruh kolo-ni satu per satu? Selain itu, mengapa mereka membawa semua daun itu ke sarang meskipun tak dapat mereka makan?

Selanjutnya, bagaimana semut ini mampu menciptakan air liur yang mereka gunakan saat mengunyah daun untuk memproduksi jamur? Kalaupun misalnya mereka entah bagaimana dapat membentuk air liur ini, dengan informasi apa mereka dapat memproduksi antibiotik dalam air liur mereka yang mencegah terbentuknya jamur liar? Bukankah diperlukan pengetahuan ilmu kimia yang signifikan untuk bisa mencapai proses seperti itu? Andaipun mereka memiliki pengetahuan itu - yang mustahil terjadi - bagaimana mereka bisa mene-rapkannya dan mem-buat air liur mereka memiliki ciri-ciri zat antibiotik ini?

Jika kita pikirkan bagai-mana semut dapat mewujudkan peristiwa mukjizat ini, akan muncul ratusan pertanyaan serupa, yang satu pun tak ada jawabannya.

Di lain pihak, jika di-berikan satu penjelasan, semua pertanyaan ini bisa dijawab. Semut telah di-rancang dan diprogram untuk mengerjakan tugas yang mereka laksanakan. Peristiwa yang diamati tadi sudah cukup untuk membuktikan bahwa semut dimunculkan, dengan mengetahui ilmu pertanian. Pola perilaku kompleks seperti ini bukanlah fenomena yang bisa berkembang bertahap seiring waktu. Pola-pola ini adalah hasil dari pengetahuan yang komprehensif dan kecerdasan yang tinggi. Maka dari itu, klaim evolusionis bahwa perilaku menguntungkan diseleksi seiring waktu dan organ yang diperlukan berkembang melalui mutasi, kini tampak sama sekali tidak masuk akal. Tentu hanya Allah yang memberikan pengetahuan ini kepada semut dari hari pertama, dan Yang menciptakan mereka dengan segala segi yang menakjubkan ini. Allahlah sang Pencipta. Berbagai keunikan semut Atta yang di atas memberikan suatu gambaran yang akan sering kita temui di seluruh buku ini. Kita membicarakan suatu makhluk hidup tanpa kemampuan berpikir, tetapi tetap saja dapat menyelesaikan tugas besar yang memperlihatkan adanya kecerdasan tinggi. Hal ini tak terbayangkan oleh manusia.

Lalu, apa arti semua ini?

Jawabannya hanya satu dan sederhana: Jika hewan ini tidak memi-liki kemampuan berpikir untuk memungkinkannya melakukan apa yang ia lakukan, berarti ada kecerdasan, ada Kebijakan sosok lain. Sang Pencipta, yang menciptakan semut, menjadikan pula hewan ini mampu melakukan hal-hal di luar kapasitasnya sendiri. Demikianlah Dia me-nunjukkan keberadaan-Nya dan keunggulan dalam ciptaan-Nya. Semut bertindak menurut ilham Allah dan kecerdasan yang ditampilkan sebenarnya adalah kearifan Allah.







Dalam gambar di bawah, seekor Atta, ditemani penjaganya yang berukuran kecil, membawa selembar daun.

Sebenarnya, hal serupa terlihat di seluruh dunia hewan. Kita ber-temu berbagai makhluk yang menampilkan kecerdasan yang sangat tinggi meskipun mereka tak memiliki pikiran yang mandiri atau kapa-sitas nalar. Semut adalah salah satu hewan yang paling mencolok dan seperti hewan lain, sebenarnya bertindak sesuai dengan program yang diberikan oleh Kehendak yang melatihnya. Ini mencerminkan kearifan dan kekuasaan si Pemilik Kehendak, yakni Allah.

Sekarang mari kita lanjutkan meninjau keterampilan unggul semut, yang memiliki pengetahuan dasar.

Metode Pertahanan Atta yang Menarik

Pekerja berukuran sedang dari koloni semut pemotong daun melewatkan hampir seluruh hari mereka membawa daun. Mereka jadi sulit membela diri selama kegiatan ini, karena mereka memegang daun dengan dagu yang biasa mereka gunakan untuk membela diri. Jadi, jika mereka tak mampu membela diri, siapa yang melindungi mereka?

Telah diamati bahwa semut pekerja pemotong daun selalu berjalan ditemani pekerja yang berukuran lebih kecil. Pada mulanya ini diper-kirakan hanya kebetulan. Lalu, alasan di balik hal ini diteliti dan temuan-nya, yang merupakan hasil analisis yang panjang, adalah contoh kerja sama yang menakjubkan.

Semut berukuran sedang, yang bertu-gas membawa daun, menggunakan sis-tem pertahanan yang menarik untuk melawan jenis lalat musuh. Lalat musuh ini memilih tempat khusus untuk berte-lur pada kepala se-mut. Tempayak yang menetas dari telur ini akan mema-kan kepala semut, dan pada akhirnya memenggalnya. Tanpa asistennya yang kecil, semut pekerja tak berdaya melawan spesies lalat yang selalu siap menyerang ini. Dalam keadaan normal, semut mampu mengusir lalat yang mencoba mendarat di tubuh mereka dengan rahang setajam gunting. Namun, ia tak dapat melaku-kannya selagi membawa daun. Oleh karena itu, ia menaruh semut lain pada daun yang dibawanya untuk membelanya. Jika diserang, para penjaga kecil ini bertarung melawan musuh.

Jalan Raya Atta

Jalan yang digunakan Atta, saat membawa pulang daun yang me-reka potong, mirip jalan raya mini. Semut yang merayap perlahan di jalan ini mengumpulkan semua ranting, kerikil kecil, rumput, dan tumbuhan liar dan menyingkirkannya ke satu sisi. Dengan demikian, mereka membuat jalan bersih bagi mereka sendiri. Setelah lama bekerja secara intensif, jalan raya ini menjadi lurus dan mulus, seolah dibangun dengan alat khusus.

Selagi membawa daun yang mereka potong, Atta membersihkan jalan yang mereka gunakan dari segala macam potongan ranting, kerikil, dan sisa rumput. Jadi, mereka menyiapkan semacam “jalan raya” bagi diri mereka sendiri.

Koloni Atta terdiri atas pekerja sebesar butir pasir, prajurit yang beberapa kali lipat lebih besar, dan "pelari maraton" berukuran sedang. Pelari maraton ini berlari membawa potongan daun ke sarang. Semut-semut ini begitu rajin sehingga, dengan ukuran manusia, setiap pekerja bagaikan orang yang berlari menempuh jarak satu mil per empat menit sepanjang 50 km, sambil memanggul 227 kg di bahunya.

Dalam sarang Atta, ada ruang-ruang sebesar kepalan tangan sedalam hingga 6 meter. Pekerja mini bisa memindahkan sekitar 40 ton tanah saat menggali sejumlah besar ruangan dalam sarang mereka yang besar. Pembangunan sarang selama beberapa tahun oleh semut ini memiliki tingkat kesulitan dan standar profesionalisme tinggi yang setara dengan pembangunan Tembok Besar Cina oleh manusia.

Inilah bukti bahwa Atta tidak bisa dipandang sebagai makhluk seder-hana yang biasa. Semut, pekerja sangat keras, mampu merampungkan tugas rumit yang sulit dilakukan manusia. Sesungguhnya satu-satunya Pemilik kekuasaan yang bisa memberi mereka keterampilan seperti ini adalah Allah. Sungguh tidak logis jika kita mengatakan bahwa mereka memperoleh semua keterampilan ini sendiri dan dengan kemauan sendiri.

Teknik Semut Atta Memotong Daun

Saat semut memotong daun dengan mandibula (rahang), seluruh tubuhnya bergetar. Para ilmuwan mengamati bahwa getaran ini mem-buat daun diam, sehingga memudahkan pemotong-an. Pada saat yang sama, bunyi ini dapat menarik perhatian para pekerja lain - semuanya betina - ke tempat tersebut untuk me-nyelesaikan memotong seluruh daun. Si semut menggosokkan dua organ kecil pada perutnya untuk menghasilkan getaran ini, yang bisa didengar manu-sia sebagai bunyi yang sangat lirih. Getaran ini di-kirim melalui tubuh hingga mencapai mandibula se-mut yang mirip arit. Dengan menggetarkan bokongnya secara cepat, semut ini memotong daun berbentuk sabit dengan menggetarkan mandibula, mirip dengan pisau listrik.

Teknik ini memudahkan pemotongan daun. Namun, diketahui bahwa getaran ini juga memiliki tujuan lain. Seekor semut yang memotong daun akan menarik semut lain ke tempat yang sama karena banyak tumbuhan lain di daerah tempat tinggal Atta beracun. Karena menguji setiap daun oleh masing-masing semut merupakan prosedur yang berisiko tinggi, mereka selalu pergi ke tempat di mana semut lain telah berhasil merampungkan tugas mereka.


Nah, itulah mereka si semut pemotong daun yang julukannya semut Atta. Mereka merupakan semut yang disiplin, memiliki etos kerja yang tinggi dan profesionalisme. Mereka bekerja dengan rapi bahkan mereka membersihkan kembali jalan yang telah mereka gunakan. Coba bandingkan dengan manusia sekarang, apakah mereka bekerja dengan profesionalisme dan disiplin yang tinggi? Wah, kayaknya jauh banget deh... Seharusnya manusia belajar dari alam sekitar bahwa ada kebesaran Allah SWT yang begitu berarti bagi hidup manusia.

sumber: www.harunyahya.com,
opini sendiri

01 June 2009

Jalan raya, watak kita sekarang...

Sebuah percakapan antara pengguna jalan raya.

Supir angkot: Minal, minal, minal (maksudnya terminal). (Ia pun menghentikan mobilnya yang penuh asap hitam di pinggir jalan yang bertandakan letter S)

Pengemudi dibelakangnya: Woy goblok!!, jangan berenti mendadak!

Supir angkot: Lu yang bego! Udah tau gua nyari duit!

Pengemudi: Lu yang bego! Nyari duit jangan rugiin orang dong!!!

Supir angkot: Bacot lu!!! Ribut aja sini ama gua!!!

Pengemudi: Kurang ajar!!! Nantangin lu ya!!! (sambil buka pintu)

Dan mereka pun terlibat perkelahian antan pengguna jalan raya deengan disaksikan oleh penonton yang terdiri anak usia 1-15 tahun dan orang-orang dewasa lainnya....


Dulu orang Indonesia terkenal dengan keramah-tamahannya tapi sekarang kita tahu sendiri bagaimana watak orang Indonesia pada umumnya. Lihat saja di jalan raya, bagaimana orang Indonesia mengemudikan kendaraannya yang dapat dianalogikan mengemudikan emosi mereka untuk mencapai tujuannya. Lalu, bagaimana mereka menyikapi orang-orang yang akan meyeberang jalan raya dan kendaraan yang lebih kecil dari mereka, seperti motor atau sepeda yang akan menyeberang jalan? Terkadang sumpah serapah keluar dari mulut mereka yang mungkin tak memiliki dan tak tahu etika berkendara. Kesabaran bukan check list mereka, terutama kendaraan umum yang biasanya tak memperdulikan keselamatan orang lain dan akibatnya kecelakaan adalah masalah utama di jalan raya. Mereka pun tak peduli dengan polusi udara kita yang sangat tinggi. Malah pemerintah memanjakan pengguna kendaraan itu dengan memfasilitasi kendaraan bermotor mereka seperti, melebarkan jalan raya, membangun jalan raya, mempermudah pembuatan SIM, dll. Inilah indikator watak orang Indonesia saat ini, dapat tercermin melalui jalan raya. Dekadensi moral ternyata juga terjadi di jalan raya dan inilah fakta yang terjadi saat ini. Dulu orang Indonesia tak seperti itu, kehangatan dan rasa persaudaraan masih sangat kuat meskipun di kota-kota tempat mereka bermasyarakat. Dan mengapa orang Indonesia berubah drastis wataknya? Tak lain karena warisan penjajah kita seperti Belanda. Belanda telah menjajah kita selama kurang-lebih 350 tahun. Selama itu pula mereka 'membuang kotoran' alias menularkan kebiasaan orang eropa yang notabene tak sesuai dengan tatakrama bangsa Indonesia, seperti pergaulan bebas, minuman keras, emosi yang meledak-ledak, dll. Kemudian, Belanda menyerap etika serta tata krama bangsa Indonesia yang luhur melalui pergaulan di masyarakat. Lalu setelah kekalahan Belanda, mereka pulang dengan membawa 'oleh-oleh' tata krama bangsa Indonesia ke negaranya dan menerapkan apa yang mereka dapat dari Indonesia. Hasilnya orang Belanda adalah orang yang sangat bersahabat dan hangat dalam bergaul. Senyum dan sapa adalah daftar utama mereka sebelum sarapan. Sedangkan, kita bangsa Indonesia menyerap kebiasaan mereka dengan dalih sebagai budaya yang modern dan inilah hasilnya, dekadensi moral. seiringnya waktu berjalan semakin rendah pula moral bangsa Indonesia hingga saat ini. Entah di jalan raya maupun di tempat lain, kita sering bertindak seakan tidak punya moral. Lalu dimana budi luhur yang kita junjung dulu? Sadarlah untuk semua bahwa kita hidup untuk memperbaiki peradaban bangsa bukan untuk saling mengejek dan berpecah. Ada banyak pihak di luar sana yang tertawa saat kita saling pukul, saling meludah, saling menghina dan ingin kita agar terpecah belah lalu perang saudara...

created by Dik Dik F.